Senin, 28 November 2016

mine (4)

Aku harap ini tidak sementara, seperti yang sudah sudah.
Aku ingin kamu akan tetap semanis ini saat sedang berbicara dengan ku,
aku juga sempat berkhayal kita akan tetap seperti ini dalam jangka waktu yang lama.
Aku sudah sangat yakin untuk menjalaninya dengan serius tanpa ada kata 'bermain'.

Semenjak mengenal mu, aku terlalu sering berharap ternyata.
Mengharapkan hal yang dulu tidak akan aku alami lagi untuk saat ini.
Berharap aku tidak akan jatuh lagi untuk alasan yang sama.

Mungkin kamu fikir aku terlalu berlebihan, tak apa jika memang begitu yang terlihat orang.
Karena aku sadar, aku tidak mempunyai nyali sebesar itu untuk mengatakan ini semua di hadapan mu, maka aku hanya mampu menulisnya dan membiarkan kamu perlahan mengerti hati ku.

Mungkin ini hanyalah sebuah tulisan bagi mu, tapi percayalah, setiap kata yang aku tulis itu berasal dari hati ku tanpa perlu lagi aku mengarangnya.
Entah lah, tulisan ini hanya akan kamu baca lalu akan dilupakan atau mungkin nanti akan kamu kenang.
Aku tidak mampu merangkai kata se-apik mungkin agar berkesan untuk mu, tapi ini semua aku khusus kan untuk mu.



mine (3)

Ini terlalu singkat sayang,
perkenalan dengan mu memang yang aku inginkan,
tapi bukan ini cerita yang aku khayal kan.
Aku tidak ingin kamu ada di posisi seperti ini, aku tidak ingin kamu harus memih antara aku atau teman mu itu.
Tapi aku semacam tidak rela jika kamu lebih memilih teman mu, namun di satu sisi aku tidak ingin menjadi penghalang pertemanan kalian.

Memang ini harus segera di akhiri, sesakit apapun caranya, karena yang seperti aku tulis kan tadi, aku tidak ingin menjadi perusak pertemanan kalian.
Ah, tapi aku ingin sekali memikirkan diri ku sendiri.
Bila sudah terlanjur begini, harus apa aku?
Mungkin ini bukan lah satu-satunya batu loncatan untuk kita, tapi ini sangat memuakan.

mine (2)

Aku takut terlalu cepat mengartikan ini semua.
Sejenis takut kehilangan hal yang belum aku miliki
semacam takut menyadari bila kamu pasti pergi.

Ada apa dengan hati ku?
apa yang melekat di dirimu sehingga mampu membuat ku mudah terpana?
kata-kata apa yang keluar dari bibir manis mu sehingga aku semakin yakin?

Maaf, bila aku masih belum mampu mengungkapkan semuanya.
aku takut kamu akan pergi disaat kamu sudah mengetahui isi hati ku.

Jika ini hanya lah bunga tidur ku, aku harap aku tidak akan pernah terbangun lagi.

Kamis, 24 November 2016

mine (1)

Kali ini aku ingin menjadi egois,
yang menuntut status dan terus mengingatkan mu bahwa kamu hanya lah kepunyaan ku.
Aku tidak ingin seperti yang sudah sudah, mencoba bertahan dan membiarkan perasaan ini semakin menumpuk.

Aku lelah merasakan kehilangan,
biarkan kali ini aku memiliki mu seutuhnya.
Bukan hanya rupa mu, tapi juga hati mu.

Aku tidak ingin melepasmu begitu saja meskipun kamu sendiri yang memintanya.
Aku ingin merasakan jatuh cinta dalam waktu yang lama,
aku ingin menggenggam sesuatu tanpa ada yang mampu merampasnya dalam waktu yang lama.

Biar kan kali ini aku memiliki mu, biar kan kali ini aku jatuh cinta dengan cara yang wajar.

Karena dari awal perkenalan kita memang sudah benar.
Maka, biar kan ini berjalan mulus tanpa perlu ada penghambatnya.

Rabu, 23 November 2016

aku, kamu, dia

Kamu lebih mementingkan perasaan teman mu itu dibanding aku,
mengorbankan perasaan mu sendiri demi kesenangan teman mu, 
membiarkan semua malam kita terasa sia-sia,
mengubur semuanya dengan rapih tanpa meninggalkan jejak apapun.

Mengapa disini seolah perasaan ku tak begitu penting untuk kalian?
Bukan ingin ku untuk membuat pertengkaran kecil di antara kalian, 
tapi maaf, maaf bila dari awal aku lebih memilih mu dibanding teman mu itu.
Untuk teman mu, aku sangat berterima kasih karna telah memperkenalkan mu dengan ku.

Aku hanya ingin kamu mengerti, aku mencintai mu tanpa syarat,
aku mengagumi mu tanpa banyak bertanya, aku memperhatikan mu tanpa perlu mengusik mu, dan aku merasa nyaman tanpa perlu ada di samping mu.

Maaf, karna aku jatuh hati. 
Maaf, bila aku keras kepala.
Maaf, bila aku menyukai mu tanpa memikirkan perasaan yang lainnya.

Jika kamu memutuskan untuk mundur, maka aku juga memutuskan untuk menghilang dari kehidupan kalian.

ya

Hembusan angin di malam hari layaknya alarm yang mengingatkan ku tentang mu,
masih terekam jelas semuanya dalam fikiran-ku.
Malam dimana pertama kalinya kamu mengantar ku pulang, malam kedua kita menembus derasnya hujan, dan malam terakhir kita memutuskan untuk berjalan masing-masing.
sepertinya aku mulai membenci malam, karna malam selalu menimbulkan kenangan baru.

Aku sudah menduga sebelumnya bahwa akhir cerita kita akan seperti ini, sama seperti 'pria' lainnya yang pernah membuang ku setelah mereka 'mendapatkan' ku.
Namun aku jauh lebih terpuruk sekarang, karena aku kira kita akan terus berjalan berdampingan dalam waktu yang lama.

Ah, aku tidak ingin lagi mengingat setiap kejadian itu.

Malam ini, malam untuk ku sendiri.
Katakan saja aku egois, tak apa asal aku bisa meluapkan semuanya.
Aku jatuh lagi, jatuh untuk terakhirnya dengan alasan yang sama, yaitu kamu.

Mulai detik ini, aku akan menutup cerita kita.
Kamu mungkin saja sudah menutupnya sejak lama, tapi aku baru mampu saat ini.

Aku baru mengerti, tidak ada cinta yang salah, yang salah hanyalah untuk siapa cinta itu.

Siapa aku yang berhak menyalahkan takdir? ini semua memang resiko yang seharusnya aku tanggung karna berani mencintai mu, tidak, sekarang aku tidak lagi mencintai mu.


Selasa, 15 November 2016

ending.

Sebenarnya dari awal perkenalan kita adalah sebuah kesalahan.
Kesalahan yang seharusnya memang tidak terjadi.
Tapi ini sudah terlanjur, benar-benar terlanjur.

Kamu mampu membuatku jatuh dalam pesona mu,
kamu juga mampu membuatku terlena dengan senyum-mu.

Aku sudah memutuskan untuk menjalani ini serius tanpa ada kata 'bermain'.
Namun, disaat aku sedang jatuhnya, ternyata kamu memilih menjalani hubungan dengan wanita lain.

Sebelumnya aku masih tak ingin menerima kenyataan pahit ini,
percayalah kasih, ini patah hati terhebat ku.
Seorang yang 'ahli' pasti akan ada titik dimana ia mengaku bahwa ia 'kalah'.
Dan ya, aku mengaku kalah.

1 minggu, 2 minggu masih terasa guncangannya.
dan sekarang, di minggu ke-3 ini, aku merelakan.
Benar-benar merelakan mu untuk bahagia bersama wanita yang kamu pilih.

Mungkin terkadang aku masih merasakan rindu, tapi tak apa, rasa ini akan hilang dengan berjalannya waktu.
Kali ini, aku ingin beristirahat dari cinta yang salah.
Aku ingin menutup rapat lagi pintunya, lebih rapat dari sebelumnya, sehingga sulit untuk 'pria' lain membukanya.

Luka ini juga akan tertutup lagi, ini hanya tentang sebuah kebiasaan, tenang saja.
Aku sudah berdamai dengan masa lalu ku, dan aku akan menjalanin hidup tanpa pernah mengusik mu lagi.
Jadi, selamat tinggal untuk mu. Doa ku kali ini, semoga kamu tidak mengambil jalan yang salah.

Jumat, 11 November 2016

orang baru. (end)

Teruntuk mu,
Seorang pria yang mampu merobohkan dinding penghalang ku,
yang dengan mudah membuat ku tersipu malu,
dengan berbagai sikap yang aku kira kamu menyukai ku.

Teruntuk mu,
Seorang lelaki yang dengan mudahnya selalu ada di tiap hari ku,
membuat ku merasa menjadi ratu di dunia kecil kita.

Teruntuk mu,

Aku tidak ingin terlihat lemah di depan mu, aku juga tidak ingin menjadi ratu drama disini.
Aku tidak ingin menjadi wanita pengejar status, maka aku biarkan semuanya mengalir begitu saja.
Tapi ternyata, kamu menjatuhkan ku lagi, dengan cara yang lebih tragis.

Untuk apa kamu memulai percakapan dengan ku disaat kamu sedang mengejar wanita mu itu?
Untuk apa juga kamu mengajak ku menghabiskan malam, bercanda ria layaknya sepasang kekasih dan mengenalkan ku pada teman-teman mu itu?

Jika niat awal mu hanya bermain, seharusnya kamu mengingatkan ku untuk tidak memakai hati.

Aku jauh lebih terpuruk sekarang, hingga air mata pun tak sanggup untuk jatuh.
Aku menderita lagi, dan ini lebih besar pengaruhnya dibanding sebelumnya.

Mau tidak mau, aku harus mengembalikan mu pada pemilik yang sesungguhnya, bukan?
Tapi mengapa disaat aku ingin benar-benar mengikhlaskan mu, kamu datang mengatas namakan 'rindu' ?
Bila aku sudah semakin jatuh lebih dalam lagi, kamu kembali mencampakan ku.

Aku seperti sedang dipermainkan dengan cinta saat ini,

Aku rindu. Kamu sangat tahu itu, dan aku juga menginginkan kamu untuk kembali lagi.

Namun, logika ku kembali menyadarkan ku.
Untuk apa pula aku menunggu akhirnya hubungan mu dengan wanita mu?
Apakah aku harus melewatkan kesenangan ku hanya untuk menanti mu pulang?

Sepertinya ini sudah lebih dari cukup.
Aku ingin merasakan kebahagiaan lagi, kebahagian yang aku rasakan sebelum kamu datang untuk menggantinya dengan mimpi buruk.

Untuk terakhir kalinya, aku rindu.

Sampai berjumpa di masa yang akan datang dengan pribadi yang semakin baik.

maaf

Salah kah aku yang meminta sebuah janji dari seorang yang sudah memiliki kekasih?
Salah kah aku yang mendoakan dan tetap menunggu hubungannya berakhir?

Ya, aku tau itu terlalu rendah.

Tapi jika aku ceritakan semuanya dari awal, kalian pasti akan mendukungku.
Karna, bukan aku yang berperan sebagai perebutnya.
Tapi wanita-nya itu.

Dia sudah merebut lelaki ku, dia sudah merebut apa yang seharusnya milik-ku.

Lalu aku harus apa sekarang?
mencari cinta yang baru?
untuk apa?
aku takut jika aku menjadikan 'ia' sebagai pelarian ku.

Aku hanya bisa mengikuti kemana cerita ini berjalan.

Selasa, 08 November 2016

:))

Kamu tau?
Aku mencoba terus menerus melawan ego ku,
itu hal tersulit yang pernah aku lakukan.

Kamu tau?
aku seperti biasa saja saat melihat kamu membagikan foto mu dengan wanita mu di social media,
hahaha aku bahkan mencoba untuk tetap tertawa dan mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian.

Kamu tau?
Hati ku menjerit, mungkin kamu tidak mendengarnya, tapi ini sungguh menyiksa ku.
aku seperti orang kehilangan arah.

Padahal hanya kamu, tapi kenapa begitu hebat pengaruhnya?

ah aku terlalu menggunakan hati hingga jadi begini.

jerk

Bukan, bukan aku yang ingin melepas mu
tapi kamu yang melepaskan diri dari ku.
Lihat saja sekarang, kamu mampu tertawa liar bersama wanita mu sedangkan aku masih saja meratapi kepergian mu.

Memang, aku yang mengucapkan janji itu. 
janji untuk tidak saling mengusik, janji untuk tetap menjaga hubungan baik satu sama lain.
Tapi, sungguh aku tidak sanggup.
Aku ingin sekali menulikan telinga ketika mendengar kabar mu dengan wanita mu itu.
aku ingin sekali membutakan mata ku ketika melihat foto bahagia kalian.

Ini sudah terlalu jauh, hubungan kita sesungguhnya adalah sebuah kesalahan.
Dan maaf, maaf bila aku masih sering merindukan mu.
Tapi biar saja begini, biar saja luka itu perlahan tertutup.
Ini memang salah ku yang perasa.