Yaaa disini gue mau semacam buat cerpen lah ya,tapi ini fakta juga HHH jadi jangan bosen ya buat bacanya.
Hari Ini pada 12:40 AM
Nama ku Tania Anindiata,dan teman-teman ku biasa memanggilnya Tania.
aku anak kedua dari tiga bersaudara,dan terlahir di keluarga yang 'hancur'
Jadi aku terbiasa tanpa ibu ku saat bersama ayah ku,dan sebaliknya.
Aku mempunyai teman karib,namanya Aulia.dia sudah menjadi sahabat ku sejak kami duduk di bangku kelas 1 SMP,dia teman pertama ku saat aku baru memakai seragam putih-biru.Dia orang yang sulit bergaul,tetapi sangat berisik jika kalian sudah mengenalnya.segala masalah ku pasti dia tahu,dan segala masalah nya pasti aku tahu.
Saat kami naik ke kelas 2 SMP,aku mulai merasa tertarik dengan teman pria ku namanya dika.aku sangat menyayangi nya namun kita harus berpisah karna kebodohan ku yang mudah bosan dengan orang.
setelah aku dan dika memutuskan untuk berteman saja,ternyata aulia menjalin hubungan dengan dika tanpa sepengetahuan ku.saat aku mengetahuinya,hati ku terasa teriris,sakit.yaa aku merasakan sakit,aku sakit karna tahu teman yang sudah ku percaya itu malah bermain belakang dengan pria yang aku sayangi.aku sakit karna ternyata dika juga menaruh perasaan lebih untuk aulia sejak lama.aku merasa dibohongi saat itu.
Marah?ya aku sangat marah dengan mereka.persahabatan ku dengan aulia sempat hancur karna masalah itu,tidak ada lagi saling sapa jika bertemu,tidak ada lagi dering telfon dari-nya setiap hari,tidak ada lagi teman curhat yang aku percaya.
Namun ada beberapa teman ku yang kebetulan 1 sekolah dengan dika,mereka bercerita bahwa dika bukanlah pria baik-baik,dika terkenal dengan 'playboy'.
aku sempat kaget mendengar cerita mereka tentang dika dengan mantan-mantan nya.aku takut kalau saja aulia teman dekat ku juga diperlakukan sama dengan dika.
Aku mencoba untuk menurunkan gengsi ku,aku mencoba untuk mengatakannya pada aulia.Namun hasilnya,aulia tidak percaya dengan ku,dia menuduh kalau aku tidak suka melihatnya bahagia dengan dika.aku cemas,sedih semua aku rasakan dalam waktu yang bersamaan.siang itu aku berinisiatif untuk berbicara dengan dika langsung,dan setelah bel pulang sekolah aku langsung pergi kerumah dika.
Aku mencurahkan semua amarah ku dengannya,tapi apa yang ku dapat?hanya sebuah tamparan pedas,dan cacian yang keluar dari mulut dika,baru pertama kali aku merasakan ditampar dengan seorang pria.aku benci dia.sangat amat membencinya,jika ada kata yang lebih dari 'benci' pasti itu yang aku rasakan.aku langsung berlari begitu saja sambil menangis.untuk apa aku menangis?untuk membebaskan sahabat ku dari jebakan yang dibuat oleh seorang pria yang sahabat ku pun menyayanginya?untuk apa?buktinya saja,aulia lebih memilih bertahan dengan dika.aku merasa menjadi seorang wanita bodoh yang ingin melindungi sahabatnya dari masalah besar yang telah dibuat nya sendiri.
Tapi ternyata aku salah,aulia memilihku.dia mengejar ku,dan memeluk ku begitu saja.dia menyemangati ku,dia menyuruhku untuk menghapus air mata yang seharusnya tidak pernah keluar dari mata ku.atas dukungannya,aku kembali kerumah pria itu dan menamparnya kembali,sempat dia ingin membalas tamparan itu lagi tapi beruntung teman-teman ku langsung menahannya.aku pergi begitu saja menarik aulia,tarikan yang begitu erat.aku takut dia terjatuh dalam lubang yang sangat dalam lagi,aku tak ingin melepaskannya lagi,dia hanyalah korban dari pria yang sedang mencari jati diri.
Akhirnya kami pun kembali menjadi sahabat yang tak akan mengulang kesalahan itu lagi,masalah membuat kami menjadi dewasa,masalah membuat kami sadar apa arti sahabat sesungguhnya,masalah mengajarkan kami bahwa seorang sahabat tidak akan pernah bisa terganti dengan apapun.
Aku tidak pernah menyalahkan cinta,cinta itu benar,mungkin kami lah yang salah memilih orang untuk di cintai.Cinta memang harus diperjuangkan,tapi jika sahabatmu tidak merestui orang yang kamu pilih untuk dicintai lebih baik kamu mendengarkan nasihat nya,karna tanpa kita sadari orang yang sudah sangat mengenal kita,dia lah sang juri yang sangat berperan dalam hidup kita.
-karna cinta yang membara punya akhir yang begitu dingin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar