Kamis, 27 Oktober 2016

:)

Dia pernah bertanya,
kenapa aku bisa semudah itu nyaman dengannya
tidak ada 1 kata pun terlintas dalam benak ku,
karna aku sendiri pun tidak tau apa alasannya.

Aku pun mencoba mencari jawabannya,
dan aku mengerti.
waktu.
karna-nya aku dibuat nyaman.
Tapi apa sekarang?
apa pentingnya jawaban itu bagi mu saat ini?
hati mu saja entah untuk siapa,
lalu aku harus apa bila sudah terlanjur begini?

kamu terlihat kacau sekarang, memberikan pesan singkat untuk ku tentang patah hati mu.
aku tau, itu hanya drama mu.
biar saja aku berfikir begitu,
biar saja aku membenci mu,
karna dengan cara inilah aku mampu melupakan.

Orang baru (?)

Ketika mulut-ku mengatakan 'tidak',
hati ku pun ikut memberontak.
Setidaknya aku berhasil melawan ego ku.

Hati ini memang belum terlalu jatuh,
namun tetap saja ini menyesakkan.
Ternyata doa ku sudah dijawab cepat oleh-Nya,
bukan dia orangnya

Kali ini aku mengembalikannya kepada pemilik yang sesungguhnya, memang itu yang harus aku lakukan bukan?
Memang ini menyakitkan, tapi apa lagi yang bisa aku lakukan?
Aku tidak ingin menjadi perebut.

Ah, aku takut jika 'dia;' yang aku maksud membaca tulisan ku ini,
aku takut dia salah mengerti keadaan,
dan aku takut dia menjadi merasa bersalah.
Tapi aku ingin mencurahkan semuanya, karna aku tau, nyali ku tak sebesar itu untuk jujur.

Doa ku kali ini, semoga dia bahagia.
Dan untuk kamu yang aku maksud, terima kasih. Perpisahan dengan mu, adalah perpisahan terbaik ku..

Minggu, 23 Oktober 2016

orang baru

Sepertinya baru kemarin aku menutup hati
mengabaikan setiap pesan yang ada dari pria mana pun
mencoba untuk tidak terisak ketika malam menyambut
merasakan perih walaupun tak berdarah

Tapi, apa lagi ini?
Aku sudah menutup rapat pintunya, namun siapa yang tetap berani membukanya?
aku sudah muak dengan rayuan, tapi kali ini ia tak menggunakan mulut manisnya
entah lah, entah apa yang menarik dari dirinya sehingga aku mengizinkannya singgah.
hanya bersinggah, tapi mengapa aku yang begitu mudah nyaman?

Baru saja ia datang, tapi mampu merusak tidur ku.
meskipun bukan menyakiti ku, namun aku yakin, suatu saat nanti ia pasti akan menyakiti juga.
Jadi, lebih baik aku menyudahinya sekarang.
Tapi, kenapa aku seperti tidak siap?

Ah, aku sudah terbuai oleh nya.
baiklah, mari kita lihat caranya bermain.
Kita lihat, sampai kapan ia akan bertahan
Dan bagaimana ia menyakiti.

Rabu, 19 Oktober 2016

kisah sekolah

Kali ini aku berada di koridor sekolah tanpa adanya kamu.
Meskipun aku sendiri, namun tawa mu menggema, derap langkah mu melantun tertangkap indera pendengar ku.
Namun, aku kembali menyadarkan diri, tak ada siapa pun di sini, hanya sebuah memori yang melekat sempurna di setiap tempatnya.
Perlahan air hujan pun jatuh, tidak membasahi ku, hanya saja lapangan yang biasa kamu gunakan untuk bermain basket itu menjadi basah tergenang air.

Bola mata ku seolah mencari, dan terpaku menatap kantin sekolah yang sudah terlihat sepi, hanya ada kursi dan meja yang sudah tertata.
Di ujung dekat wastafel, 2 kursi yang berhadapan dengan 1 meja yang memisahkan keduanya, tempat yang biasa kita gunakan untuk melepas penat karna pelajaran atau juga terkadang tempat kita saling mempertahankan argumen.

1 langkah, 2 langkah, 3 langkah, aku terus menghitung tiap langkahan kaku ku, tak menyangka ternyata ini mengarah ke parkiran sekolah.
Ah sepertinya aku tak sanggup meneruskan tulisan ini lagi, tapi akan ku coba agar kamu mengerti betapa keras kepalanya rindu ini.
Mata ku terpaku tepat di tengah barisan sepeda motor itu, tempat yang biasa terisi kendaraan mu, tempat kamu menatap ku penuh arti, tempat kita memadu kasih, dan itu menjadi temopat favorit ku.

Semua memutar tepat di depan ku, layaknya sebuah film kisah asmara remaja.
Cukup lama aku asyik melihat potongan film itu, dan perlahan memudar.
Kali ini aku kuyup, tak seperti biasa sewaktu kamu masih bersama ku.

Aku terisak kali ini, kembali meratapi kepergian.
Di saat aku semakin merasa kehilangan, saat itu juga aku semakin membenci mu.
Membenci karna aku tidak bisa mengingkari takdir kita, membenci karna aku masih belum mampu menerima kenyataan bahwa kamu lebih memilih nya.
Sebenarnya, dulu kamu anggap aku apa? ku akui bila tidak ada status yang mengikat kita, tapi seharusnya kamu jangan hanya bersinggah.

Baiklah, hari ini biarkan saja bangunan sekolah kita ini menjadi saksi dari kepedihan ku, dan menjadi saksi bahwa aku tidak akan mengharapkan mu lagi.

maaf

Kasih, maaf karna aku terlena.
Maaf karna menaruh hati , dan lagi lagi,
maf aku sempat berharap.
Terima kaih karna kamu sudah menunjukan sisi lain dari diri mu.
Terima kasih juga sudah membuat ku sadar bahwa aku salah jatuh hati.



-shelly