November, 2017
Langit, basahi saja semua ini.
Hancurkan atau bahkan lenyapkan saja apapun yang kau mau, bukankah itu hak mu?
Menjerit lah hingga aku pun mati rasa karena ketakutan.
Biarkan kau saja yang mewakili semua luka yang ada, agar ia pun tahu bahwa aku memang sedang terjatuh sangat dalam karna ulahnya.
Coba pikirkan lagi ketika kamu ingin membohongi seseorang, apakah kamu akan sakit jika kamu yang dibohongi dengan cara seperti itu juga?
Ketika kamu ingin mematahkan hati seseorang demi orang yang lainnya, coba kamu renungkan jika perannya terganti apakah kamu akan merasakan kecewa juga?
Jika dari kedua hal tersebut kamu mengatakan biasa saja, sepertinya hati mu perlu diperbaiki atau paling tidak kamu harus bersiap diri untuk mendapatkan peran yang menjadi tersakiti juga.
Coba pikirkan lagi ketika kamu ingin membohongi seseorang, apakah kamu akan sakit jika kamu yang dibohongi dengan cara seperti itu juga?
Ketika kamu ingin mematahkan hati seseorang demi orang yang lainnya, coba kamu renungkan jika perannya terganti apakah kamu akan merasakan kecewa juga?
Jika dari kedua hal tersebut kamu mengatakan biasa saja, sepertinya hati mu perlu diperbaiki atau paling tidak kamu harus bersiap diri untuk merasakannya nanti dengan orang yang lainnya.
Bodoh sekali saya ini, dengan mudah nya hancur hanya karena kamu merusak diri mu lagi.
Kasihan sekali saya, mencemaskan jiwa yang sama sekali tak memikirkan saya.
Mungkin semua akan menertawakan kebodohan saya ini, terlalu bodoh karena terlalu mencinta.
Seperti mengerti arti cinta lalu kemudian tenggelam di dalamnya.
Jalanan malam ini sepi, tidak ada riuh suara, tidak ada jiwa yang baik-baik saja.
Langkahan kaki terus mengacu, tanpa tau arahnya.
Tatapannya kosong, tidak ada yang terlintas di benak karena terlalu jatuh.
Semua hening, tidak ada kehidupan apa pun di sini.
Kosong dan semakin menyesakkan.
Dan begitu pula dengan tulisan ini, tak ada artinya, hanya kepedihan.
Ada hal yang memang tercipta untuk disimpan sendiri, bukan tidak ingin berbagi namun memang seharusnya begitu.
Tak apa jika kamu menilai itu salah saya, ya saya salah.
Tapi ada alasan yang tak akan kamu tau.
Bukan saya sengaja melakukan salah, tapi itu lah salah satu caranya.
Patah hati karena mencintai tanpa dicinta memang menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi bila saling mencinta namun terhalang oleh kata orang lain.
Mengetahui fakta bahwa kamu bukan satu satunya memang menyedihkan, tapi ada yang jauh lebih menyedihkan lagi yaitu kamu harus menerima kenyataan bahwa kamu memang tak pantas untuk nya.
Cinta memang mudah, cukup aku cinta kamu dan kamu cinta aku.
Tapi di balik kemudahan itu, ada banyak lika liku yang mungkin bisa saja membawa mu ke jurang terdalam.
Mungkin ada beberapa yang merasa hancur karena dia masih saja memikirkan masa lalunya, tapi tahu kah ada hati yang lebih hancur ketika tahu masa lalu nya lah yang menutupi mu agar tetap bersama nya?
Kemudian tak ada yang bisa kamu lakukan kecuali menunggu, jangan tanya menunggu sampai kapan.
Karena saya pun tidak bisa menebak kapan dia melepas mu.
Namun sebelum waktu menunggu mu habis, yakin kan hati mu bahwa hati mu cukup kuat perihal kepergiannya nanti.
Tidak perlu berjanji untuk terus bersama, cukup kata kan hanya saya yang pantas.
Tidak perlu mengorbankan semua untuk saya, cukup yakin kan saya bahwa saya tetap ada di daftar kepentingan-mu.
Seseorang pernah mengingatkan ku perihal kepergian, tapi aku menolak kata pergi dalam otak ku.
Aku benci kepergian, karena terlalu sering mereka pergi.
Aku benci perpisahan, lebih menyakitkan lagi jika saya masih bertahan disaat perpisahan sudah jauh di belakang.
kosong, namun tetap ada sesuatu yang menyayat hati.
Saya benci sendiri diruang sepi, tak ada kehidupan, tak ada apapun.
Patah hati terhebat ku sudah aku siapkan saat pertama kali aku memutuskan untuk mencintai mu.
Tak masalah jika kamu menyakiti ku secara diam diam, nantinya kamu akan merindukan ku sebagai seorang wanita yang ingin sekali kamu genggam.
Tak apa juga jika kamu masih mencari, itu bukan hak ku lagi untuk mengehentikannya.
Percaya lah, aku tidak akan meninggalkan mu sebelum kamu menyakiti ku terlalu sering.
Jika nanti saatnya telah usai, aku harap aku tetap tidak menyakiti mu perihal merindu.
Saya pikir bosan tak lagi menjadi sebuah alasan, karna bosan itu sudah saya bunuh sedari awal.
Saya pikir kamu hanya perlu satu, tak menyangka bahwa kamu bisa membuangnya.
Saya pikir tidak ada yang dapat memisahkan kita, ternyata iblis dari dalam diri mu menguasai semuanya.
Belum saja saya dibuat terbahak oleh mu, perihal keinginan mu untuk melepaskan.
Di awal tulisan ku ini aku harap kamu sudah siap untuk membaca dan menjawab setiap pertanyaan yang terselip di dalamnya.
Jika kamu belum mampu untuk menjawabnya, mungkin sampai disini saja kamu membacanya.
Untuk mu, sebuah penerang di antara hutan belantara. Apa kamu yakin semua yang kita hadapi itu sebagian dari perjuangan cinta? atau kah hanya untuk sebuah janji?
Untuk mu, satu-satunya bintang yang akan selalu ku tatap. Bisa kah kamu benar-benar aku raih? apakah semesta akan iri karena aku merebut mu?
Untuk mu, seorang guru yang mengajari ku untuk melawan takdir. Apakah kamu hanya akan membuat ku yakin bahwa aku bisa melawan takdir kehidupan yang sangat keji ini? atau kah kita yang akan melawan takdir bersama?
Kamu boleh memaki ku setiap aku berfikir untuk meninggalkan mu, tapi itu semua karena aku merasa kalah dengan hidup ku.
Di setiap aku merasa aku tak pantas untuk mu, dan aku berfikir mungkin kepergian ku adalah satu-satunya cara tercepat untuk menghapus masalah mu, di saat itu lah aku merasa aku harus mengingkari semua janji yang aku buat.
Tapi hati ku menentang itu semua, untuk apa aku mengambil keputusan yang aku sendiri pun tidak ingin melakukannya? itu hanya akan menyiksa ku, dan mungkin juga, kamu.
Untuk apa aku takut melawan arus kehidupan, jika kamu tetap ada di sisi ku?
Persetan dengan pikiran lama ku.
Saya ingin mengaduh, tapi entah pada siapa.
Saya ingin berteriak, tapi untuk apa?
Siapa lagi tempat saya mengeluh?
Apa lagi yang saya harapkan?
Semuanya pergi, dengan beraneka alasan.
Memang benar, saya belum mengerti diri mu.
Kekacauan mu, masih membuat saya tertekan.
Saya bukan apa atau siapa dalam hidup mu, meskipun kamu sendiri berkata bahwa saya segalanya namun sayangnya kenyataan tak seperti itu.
Aku suka saat melihat mu bertingkah aneh hanya untuk mencairkan suasana.
Aku suka saat mendengar celotehan mu hanya untuk membuat aku berhenti merenung.
Aku suka saat mencium aroma tubuh mu yang begitu menenangkan.
Aku suka mendengar mu bernyanyi dengan suara merdu mu itu, membuat aku merasa nyaman.
Aku suka saat kamu mulai menyombongkan diri hanya untuk membuat ku sedikit kesal.
Aku suka semua yang ada pada diri mu.
Tapi...
Di saat kamu mulai diam, menjenggut rambut mu sendiri, dan bertingkah tak karuan tanpa aku tahu apa penyebab pastinya, di saat itulah aku merasa gagal untuk mengerti diri mu.
Sepertinya aku kurang mengenal jauh diri mu, sepertinya aku kurang paham bagaimana mengatasi mu.
Dan saat itu lah aku merasa tidak berguna.
Terserah apa mau mu sekarang, percuma jika aku tetap menahan.
Semua urusan mu tidak akan lagi aku campuri, karena aku tahu itu hanya mengganggu mu.
Mungkin juga urusan ku tak lagi menjadi urusan mu, jadi aku sudah menyerah dengan keadaan.
Aku harap dengan ketidak perdulian ku, nantinya kamu bisa mengerti setiap sajak yang aku tuliskan.
Detak jantung ku seakan terhenti saat mencium aroma tubuh mu.
Aku juga tidak dapat melakukan apa pun lagi saat kamu tersenyum.
Firasat ku berkata, sosok dirimu lah yang aku tunggu selama ini.
Faktanya kamu memilih ku untuk menjadi teman hidup mu, entah untuk sampai kapan.
Andai saja aku diizinkan untuk menentukan siapa pasangan ku kelak, pasti aku memilih mu.
jika memeluk tubuhmu aku tidak diizinkan,
tak apa asal aku masih bisa bersandar di bahu mu.
jika menggenggam erat tangan mu juga tidak diizinkan, itu tak masalah asal aku masih bisa menyentuh jemari mu.
Bila aku tidak diperbolehkan memiliki mu seutuhnya, biarkan aku tetap bisa mencium aroma tubuh mu.
Matahari sudah terbenam, namun bintang atau pun bulan merasa tak pantas untuk menggantikannya.
Semua diam, ada yang tak rela meninggalkan, dan ada pula yang berniat untuk menutup lembaran.
Perihal kepergian ku, aku hanya ingin melarikan diri sementara dari semua yang ada.
Baru saja aku ingin menyampaikan pesan terakhir ku, tapi apa boleh buat? jaringan ponsel ku saja seperti mengerti hati ku yang tidak ingin melepas mu.
Tak sempat aku berpikir lebih lama lagi, aku harus pergi. Hanya sekedar mencari ketenangan hati.
Bandara Patimura,
