Bola mata pun tak karuan, ia seolah mencari-cari sesuatu yang mampu menghangatkan hatinya.
Tangan-nya tetap enggan beranjak, namun tetap menjerit untuk diluluhkan.
Perkara hati, sudah tertutup kabut emosi.
Fikirannya melayang-layang, sesaat kemudian baru lah ia teringat, perihal jarum jam terlalu berharga untuk dikuasai emosi.
Semesta pun seakan setuju, kemudian udara menjadi sejuk, dan semua luluh.
Terukirlah segaris senyuman dari bibir si anak manis itu, dan berdamai lah dia dengan seisi semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar