Kamis, 05 Maret 2020

23.48

Topik pembicaraan untuk malam yang sedingin ini cukup serius namun dengan bahasa yang santai, di tikungan jalan tanpa memikirnya kembali, aku langsung bicara., "Jika nanti bukan dengan mu aku menikah, aku akan memilih pria yang gagal dalam pernikahan namun belum memiliki seorang anak manis"
Belum sempat aku memberikan penjelasan kenapa demikian, ia langsung menjawab dengan kriteria seperti apa yang ingin ia nikahi nanti.
Perbincangan ini terlalu dalam, tapi bukan kah kita harus memikirkan kemungkinan kemungkinan lain? Agar nanti kita punya arah, jika bukan itu tujuannya.
Terjadi perdebatan yang panjang, lalu aku memeluk-nya untuk meredakan semuanya, namun aku terlambat, kami berselisih paham, maksud ku bukan maksudnya juga.
Aku terdiam, menatap si pencakar langit yang ada di mana-mana, mencoba memahami seisi dunia, lalu aku memeluknya lagi sambil berkata pelan, "Jangan marah lagi ya", jawabannya diluar dugaan ku, yang terucap dari nya adalah aku harus meperbaiki diri ku.
Hening, aku mundur perlahan, berusaha mencerna ucapannya, dan muncul lah semua hal hal yang semakin menjatuhkan ku, untuk kesekian kalinya, aku membenci lidah ku yang berkata semaunya, dan malam menjadi teman ku lagi.