Jumat, 30 September 2016

pertama

Biar saja begini, hening meskipun ramai.
Entah apa yang difikirkan kali ini, tapi semua diam.
Begitu pun juga aku, tak ada kata yang terlintas di benak
hanya menikmati suasana malam dengan iringan gitar yang menemani.
Setiap senar mendapat giliran untuk kamu petik, dirangkai sedemikian rupa menjadi alunan musik yang menyayat hati.
Kamu berhenti memainkan lagu kita, entah apa alasannya. 
Mungkin bosan atau saja lelah, aku tak bisa menebak dari guratan wajah mu.
Saling menatap dan tetap menjaga keheningan malam, genggaman mu semakin kuat ku rasa.
Tubuh ku bergetar hebat, hanya tatapan dan genggaman mu saja mampu meluluhkan hati ini.
Perlahan kamu menghapus jarak di antara kita, deru nafas mu sudah dapat ku dengar.
bingung, aku tak tau harus bagaimana dalam kondisi seperti ini. Ini yang pertama bagi ku, namun aku yang ke sekian bagi nya.
Aku memilih untuk diam, menikmati setiap nafas mu yang sempat singgah di kulit ku.
Dan, ya, aku merasakan ini pada akhirnya. Kamu mencium ku, perlu ku ulangi lagi, kamu MEN-CIUM-KU tepat di bibir ku.

Aku sempat ragu dengan apa yang aku rasakan belakangan hari ini, namun setelah kejadian ini, aku sangat memahami nya.
Ternyata hati ini memang sudah memilih mu, entah dari kapan dan bagaimana, tapi hanya itu yang ku tau.
Sekarang, nanti, besok, lusa, ataupun bulan selanjutnya aku membutuhkan mu, akan dan tetap begitu.
Jadi jangan pernah berani berhayal tentang akhirnya cerita ini.



Jumat, 09 September 2016

.

Kamu tau apa tentang diri ku?
Seenaknya saja mengomentari apa yang aku lakukan.
Aku tidak pernah menyangkal bahwa kamu pernah singgah,namun bukan berarti kamu tau semua itu.
Aku saja tidak pernah bahkan tidak berniat hadir lagi di tiap hari mu,
tapi kenapa sekarang seakan kamu berhak atas semuanya?
Sebenarnya apa yang kamu inginkan?
Sudah menyakiti lalu hadir kembali seperti tidak pernah berbuat kesalahan.