Jumat, 29 Juli 2016

Hangat.
Itu yang ku rasakan setiap kamu memeluk ku erat.
Manis.
Ucapan mu selalu berhasil membuat ku terlena.
Lucu.
Sangat lucu ketika aku membayangkan kembali saat pertama kita bertegur sapa.
Aneh.
Kamu cukup membuatku bimbang, seperti ada sesuatu yang tidak aku ketahui tentang mu.


Namun.
Semua kisah ini hanya lah semu.
Tak seperti yang aku dambakan, tak seperti yang kita impikan.
Saat ini, kita layaknya air dan minyak.
Tidak bisa bersatu, walaupun berdampingan.


Mungkin hanya lah sebatas ini,
kita tidak bisa melangkah lebih jauh.
Karna kita sedang bertarung melawan hati.
Kita sama-sama harus memikirkan perasaan seseorang.


Di awali dengan celotehan singkat tentang masalah percintaan kita,
dan di akhiri dengan beribu kebohongan, hanya untuk kembali menuju jalan percintaan yang sudah tertata rapih.


Cinta,
terima kasih.

Sabtu, 16 Juli 2016

seperti pohon pisang

Kamu datang tanpa permisi.
Membawa sejuta rayu-mu, mengukir sebuah senyuman di bibir-ku,
dan membuat ku semakin berharap.

Mereka bilang kita tak pantas bersanding, mungkin karna masa lalu tetap menjadi bayang-bayang kita berdua atau mungkin juga karna kita belum mampu bersahabat dengan masa lalu.

Perlahan, kamu menarik-ku menuju jalan yang seharusnya kita lalui.
Kamu cukup berani untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita sanggup menuju masa depan yang bahkan belum sempat terlintas di benak-ku.

Namun nyatanya, kamu tetap pergi setelah semua baik-baik saja, membiarkan aku melanjutkan drama ini sendiri. Memaksa-ku untuk menelan semua janji manis-mu yang bahkan terasa hambar sekarang.

Kamu memiliki jiwa namun tanpa hati.

Aku tertawa sekarang, bagaimana bisa aku sebodoh itu? mengapa harus memperjuangkan tapi akhirnya tetap sama?
hati ini sangat sesak mengingat perjuangan kita sebelumnya, bahkan air mata pun tak mampu jatuh.